Bapak Tua Penjual Koran di Surabaya Dapat Rezeki Rp90 Juta dari Mahjong Ways
SURABAYA Kehidupan sederhana yang dijalani Pak Sarman (62), seorang penjual koran di Surabaya, mendadak berubah setelah ia mendapatkan hadiah besar dari game online bernama Mahjong Ways. Hadiah senilai Rp90 juta itu datang di usia senjanya, menjadi titik terang setelah puluhan tahun hidup penuh keterbatasan.
Hidup dalam Kesederhanaan
Setiap pagi buta, Pak Sarman biasa terlihat mendorong gerobak kecil berisi koran dan majalah bekas di sekitar kawasan Pasar Blauran. Dengan tubuh yang mulai bungkuk dan rambut memutih, ia tetap berkeliling menawarkan dagangannya kepada orang-orang yang lewat.
Penghasilannya tidaklah banyak. Dalam sehari, ia hanya bisa mengantongi sekitar Rp40 ribu hingga Rp60 ribu. Uang itu harus cukup untuk makan sederhana, membayar sewa kamar kos kecil, dan biaya obat-obatan karena ia menderita asam urat.
“Kalau tidak kuat bekerja, ya tidak makan. Usia boleh tua, tapi kaki harus tetap melangkah,” ujarnya lirih dengan senyum pasrah.
Game sebagai Teman di Usia Senja
Di sela-sela dagangannya, Pak Sarman punya kebiasaan kecil yang tidak banyak orang tahu. Dari ponsel tua yang dibelikan anak bungsunya, ia sering bermain game online. Salah satunya adalah Mahjong Ways. Awalnya, ia hanya iseng memainkan game itu di waktu senggang. Baginya, game menjadi hiburan murah untuk mengusir rasa sepi. “Kalau malam sendiri di kos, saya main biar nggak terlalu kesepian. Namanya orang tua, sudah jarang ada yang menemani,” katanya.
Momen Tak Terduga
Suatu malam, saat hujan deras mengguyur Surabaya, Pak Sarman sedang duduk di pojok kamarnya yang sempit. Ia membuka ponselnya dan memainkan Mahjong Ways seperti biasa.Namun tiba-tiba, layar ponselnya menampilkan deretan simbol yang membentuk pola kemenangan besar. Tak lama, muncul notifikasi yang menunjukkan hadiah senilai Rp90 juta.
Pak Sarman mengaku sempat tak percaya. “Saya kira salah lihat. Saya gosok-gosok mata. Tapi angka itu tetap ada. Saya langsung sujud syukur, air mata jatuh sendiri,” tuturnya dengan suara bergetar.
Heboh di Lingkungan Kos
Keesokan paginya, kabar itu cepat menyebar di lingkungan kos tempat ia tinggal. Para penghuni lain yang biasanya melihat Pak Sarman hanya duduk termenung, kini heboh setelah mendengar cerita tentang keberuntungannya.
Banyak yang awalnya tidak percaya, namun setelah ia menunjukkan notifikasi di ponselnya, semua ikut terharu. “Pak Sarman itu orangnya sederhana sekali. Waktu tahu beliau dapat rezeki besar, kami yang lihat malah ikut senang,” ujar salah satu tetangganya.
Hidup Berubah Perlahan
Setelah benar-benar menerima hadiah itu, Pak Sarman tidak serta-merta meninggalkan pekerjaannya. Ia tetap berjualan koran seperti biasa, meski kini dengan hati yang lebih tenang.Sebagian besar uang itu ia gunakan untuk memperbaiki rumah tua di kampung halamannya di Lamongan, yang sudah lama terbengkalai. Ia juga menyisihkan sebagian untuk biaya sekolah cucunya, serta menabung untuk kebutuhan kesehatan di masa tua.
“Saya nggak butuh banyak. Yang penting bisa tinggal di rumah layak, cucu-cucu bisa sekolah, dan ada tabungan kalau sakit,” ujarnya dengan wajah penuh syukur.
Tetap Rendah Hati
Meski sudah mendapatkan rezeki besar, Pak Sarman tetap rendah hati. Ia masih menuntun gerobak kecilnya di jalanan, masih menyapa ramah pembelinya, dan masih bercanda dengan sesama penjual kaki lima.“Uang itu bukan buat sombong. Saya tetap kerja karena ini sudah jadi bagian dari hidup saya. Yang penting jangan lupa bersyukur,” katanya sambil tersenyum.
Inspirasi bagi Banyak Orang
Kisah Pak Sarman kini menjadi inspirasi di lingkungannya. Dari seorang bapak tua penjual koran yang hidup serba kekurangan, ia membuktikan bahwa rezeki bisa datang kapan saja, bahkan di usia senja.
Bagi Pak Sarman, uang Rp90 juta itu bukan sekadar materi, tapi juga pengingat bahwa setiap orang punya jalan rezekinya masing-masing. “Kalau saya boleh pesan, jangan pernah meremehkan orang tua yang masih berjuang. Kita tidak tahu, mungkin suatu saat rezeki besar datang tanpa diduga,” ucapnya menutup cerita.
Kini, setiap kali orang melihat Pak Sarman tersenyum sambil menawarkan koran, mereka tak hanya melihat seorang penjual sederhana, tapi juga sosok yang menjadi bukti nyata bahwa harapan selalu ada, bahkan di masa tua.
Tukang Fotokopi di Bandung Mendadak Dapat Rp85 Juta dari Mahjong Ways
BANDUNG Kehidupan sederhana seorang tukang fotokopi bernama Pak Jaya di kawasan kampus Bandung mendadak jadi perbincangan. Selama bertahun-tahun ia hanya dikenal sebagai pria sederhana yang sehari-harinya sibuk menyalin dokumen mahasiswa. Namun belakangan, namanya ramai dibicarakan setelah dirinya mendapatkan hadiah besar Rp85 juta dari game online Mahjong Ways.
Hidup yang Serba Pas-Pasan
Pak Jaya sudah lebih dari 15 tahun membuka jasa fotokopi kecil-kecilan di dekat kampus. Setiap hari, ia duduk di depan mesin fotokopinya yang berderit, melayani mahasiswa yang membutuhkan cetakan tugas atau skripsi.
Penghasilannya tidak seberapa, rata-rata hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya di rumah kontrakan. Dengan istri yang berjualan gorengan di depan rumah dan dua anak yang masih sekolah, kehidupan Pak Jaya serba pas-pasan.
“Kalau ada mahasiswa ramai cetak skripsi, ya alhamdulillah bisa lebih. Kalau sepi, kadang pusing mikirin bayar listrik dan kontrakan,” ujarnya.
Teman Baru di Balik Mesin Fotokopi
Meski sibuk, Pak Jaya punya kebiasaan unik. Saat jam sepi, ia sering memainkan game di ponselnya. Salah satunya adalah Mahjong Ways, game yang belakangan ini banyak dimainkan orang.Awalnya, game itu hanya dianggap sebagai pengusir penat. Ia sering memainkannya sambil menunggu pelanggan datang. “Daripada bengong nunggu orang fotokopi, mending main game. Lumayan bikin otak segar,” katanya sambil tertawa kecil.
Malam Tak Terlupakan
Suatu malam, setelah seharian bekerja, Pak Jaya duduk di ruang tamunya yang sederhana. Ponselnya ia buka, lalu seperti biasa ia memainkan Mahjong Ways. Namun malam itu berbeda.Beberapa kali ia melihat deretan simbol di layar membentuk pola-pola unik. Hingga akhirnya, muncul notifikasi yang membuatnya tertegun: hadiah besar senilai Rp85 juta masuk ke akunnya.“Saya kaget bukan main. Rasanya campur aduk, antara senang, bingung, sama nggak percaya. Saya langsung panggil istri, tunjukkin layar HP. Kami berdua sampai menangis bahagia malam itu,”kenangnya.
Kehebohan di Lingkungan Kampus
Keesokan harinya, kabar itu cepat menyebar di sekitar tempat usahanya. Banyak mahasiswa yang biasanya datang hanya untuk fotokopi tugas, kini penasaran ingin melihat langsung sosok tukang fotokopi yang disebut-sebut “mendapat durian runtuh” dari game online.“Waktu itu banyak yang nyeletuk, ‘Pak traktir dong!’ Saya cuma ketawa. Nggak nyangka bisa jadi bahan obrolan di kampus,” ujar Pak Jaya sambil tersenyum.
Rezeki yang Mengubah Kehidupan
Meski awalnya bingung, Pak Jaya akhirnya benar-benar menerima hadiah tersebut. Ia menggunakan sebagian uang untuk melunasi tunggakan kontrakan, membeli mesin fotokopi baru yang lebih modern, dan membantu biaya sekolah anak-anaknya.
“Selama ini saya cuma punya mesin tua yang sering rusak. Sekarang bisa beli yang bagus, jadi usaha fotokopi lebih lancar. Anak-anak juga bisa sekolah tanpa khawatir,” jelasnya.
Istrinya, Bu Wati, juga merasa lega. Ia bisa mengembangkan usaha gorengannya menjadi lebih besar. “Kami nggak muluk-muluk. Yang penting bisa hidup lebih tenang, nggak was-was soal kebutuhan pokok,” tambahnya.
Tetap Sederhana Meski Berlebih
Yang menarik, meski sudah mendapat rezeki besar, Pak Jaya tetap bekerja seperti biasa. Ia masih duduk di balik meja kecilnya, menyalakan mesin fotokopi, dan menyapa mahasiswa dengan ramah.
“Kalau ditanya kenapa nggak berhenti kerja, jawabannya sederhana. Saya suka ketemu orang, suka suasana kampus. Lagi pula, uang itu kalau cuma dihabiskan ya habis. Lebih baik tetap kerja, biar ada pemasukan rutin,” katanya.
Inspirasi bagi Banyak Orang
Kisah Pak Jaya kini jadi inspirasi, khususnya bagi warga sekitar yang tahu betapa sederhananya kehidupannya selama ini. Dari seorang tukang fotokopi kecil di dekat kampus, ia membuktikan bahwa keberuntungan bisa datang kapan saja dan dari arah yang tak terduga.
Bagi Pak Jaya, uang Rp85 juta itu bukan hanya soal materi, tapi juga tentang kesempatan memperbaiki hidup keluarganya. “Saya percaya, rezeki itu sudah ada yang ngatur. Tugas kita cuma sabar, ikhlas, dan berusaha. Kadang Tuhan kasih kejutan lewat jalan yang nggak pernah kita bayangkan,” ujarnya menutup cerita.
Kini, setiap kali mahasiswa datang untuk fotokopi, mereka tidak hanya melihat seorang bapak sederhana di balik mesin fotokopi, tapi juga sosok yang telah membuktikan bahwa harapan bisa hadir dalam bentuk apa pun bahkan dari sebuah permainan di layar ponsel.